Posted by : Unknown Jumat, 10 Oktober 2014

SABAR
        Yogyakarta- Sabar berasal dari kata bahasa Arab "sobaro" artinya menahan. secara terminologi sabar berarti menahan diri dari kesusahan, kemiskinan, fitnahan, cercaan, makian dengan menyikapinya secara positif, dan mengembalikannya sesuai aturan syariat Islam. Sabar bisa disebabkan datangnya dari Tuhan, misalnya karena kemiskinan, kemelaratan bahkan kekayaan. sabar juga bisa datangnya dari intraksi sesama manusia, misal sabar menerima fitnahan dari orang lain, sabar menghadapi kejahatan orang lain. sedangkan sumber kesabaran dari makhluk lain, contohnya binatang, yaitu menahan diri untuk tidak membalas musibah yang disebabkan binatang itu sendiri. dalam pembahasan ini, fokusnya adalah sabar dari tindakan kejahatan dari manusia itu sendiri.
        Ada pemahaman yang keliru dan berkembang di masyarakat yaitu "sabar ada batasnya". Padahal tidak ada ayat al-qur'an maupun sunnah yang menjelaskan bahwa sabar ada batasnya. justru al-qur'an dan sunnah menganjuran agar tetap sabar dalam segala cobaan yang dihadapi, sekali lagi tanpa batas waktu. ketika seseorang sabar akan cobaan yang menimpanya baik dari Tuhan, manusia maupun makhluk hidup lainnya, maka pada saat itu juga ia mendapatkan pahala dari Tuhan Yang Maha Esa.
       Memang ada ayat yang menjelaskan hukuman tentang qisas yaitu "jiwa dibalas dengan jiwa", terhadap orang yang mendapat tindak kekerasan dari orang lain, bahwa kekerasan dibalas dengan kekerasan, namun ayat tersebut adalah ayat pilihan. Pilihan yang lebih baik adalah sabar. Sama halnya dengan ayat yang menjelaskan berkaitan dengan "puasa" bahwa orang yang sedang sakit, hamil, dan bepergian diperbolehkan tidak berpuasan. Namun ayat ini, menganjurkan bahwa puasa adalah lebih baik jika kamu mampu.
       Terkait dengan sabar, cara terbaik membalas kejahatan, fitnah orang lain adalah apa yang sudah diperaktekkan Rasulullah Saw, yaitu dengan berbuat baik terhadap orang yang berbuat jahat tersebut. Rasulullah Saw pernah dicaci, difitnah oleh orang non-Muslim yang memiliki kondisi buta matanya. Namun apakah Rasulullah membalasnya dengan fitnah juga.? apalagi kondisi orang yang mencacinya lebih lemah dari Rasulullah, sehingga sewaktu-waktu jika Rasulullah mau membalasnya dengan sangat mudah, namun ternyata tidak. Sebelumnya, sabar itu berpahala ketika kita tidak membalas kejahatan yang orang lain buat terhadap kita. Namun, akan lebih besar pahalanya ketika kita mendapat fitnah dari orang lain, padahal kita sebenarnya mampu untuk membalasnya, kita lebih kuat fisiknya, lebih cemerlang cara berfikirnya, tapi kita lebih memilih sabar.
       Sama halnya apa yang dipraktekkan Rasulullah terhadap orang buta yang memfitnahnya tersebut, Ia lebih memilih untuk sabar, bahkan malah membalas dengan kebaikan. di mana hampir setiap hari Rasulullah memberi makan, dan menyuapi orang yang jelas-jelas telah memfitnahnya. Anehnya si buta tersebut tidak mengetahui bahwa yang memberi ia makan adalah orang yang selama ini Ia fitnah. Hingga akhirnya Rasulullah meninggal dunia. Sebelum meninggal dunia Rasulullah berpesan kepada salah satu sahabatnya, agar tetap memberi makan kepada sibuta tadi.
      Singkat cerita, sahabat yang ditunjuk Rasulullah tersebut menjalankan tugasnya. Pada saat sahabat memberi makan kepada si buta tersebut, si buta merasa ada yang aneh. Di mana, pelayanan kali ini berbeda dengan biasanya yang ia rasakan, lemah lembut, sopan, dan penuh kehormatan. Merasa ada yang berbeda lalu si buta bertanya "kamu siapa, kenapa beda dengan sebelumnya"? "Orang yang memberi kamu makan selama ini adalah Rasulullah dan telah meninggal dunia, saya ditugaskan untuk mengganti posisinya memberi kamu makan." Jawab sahabat dengan penuh sara kehilangan.
      Itu cara pertama, cara yang kedua membalas kejahatan, fitnahan dari orang lain adalah berusaha untuk menjadi lebih baik dan sukses. Karena biasanya orang lebih cenderung mendapatkan fitnah dari orang lain, ketika kondisi ekonominya standar dan di bawah rata-rata (miskin). Dalam hal ini, kita tunjukkan kepada orang yang memfitnah tersebut bahwa kita mampu dan tidak seperti yang ia bayangkan. 

Kotagede, 12 Oktober 2014

Ahmad Sainul Nasution.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © KAJIAN ILMIAH - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -