Posted by : Unknown Jumat, 19 Desember 2014



NATAL TANDINGAN

Hari ini Sabtu tanggal 20, Desember, 2014. Itu artinya dalam beberapa hari kemudian aka nada perayaan besar Natal. Yakni hari raya umat Kristiani dalam menyambut kelahiran anak tuhan (Yesus). Perayaan Natal ini sebenarnya sudah lama beribu-ribu tahun lalu. Namun di kalangan umat Islam sendiri khususnya Indonesia dalam menyambut perayaan Natal ini, selalu terjadi pro-kontra yang tidak berkesudahan. Terutama dalam hal mengucapkan selamat Natal kepada umat Kristiani. Solusi yang ditawarkan dalam tulisan ini dengan membuat “Natal Tandingan”. Jadi, penggunaan kata “tandingan” tidak hanya ada dalam dunia perpolitikan Indonesia. Misalnya yang sudah menjadi pengetahuan umum, DPR Tandingan antara KMP dengan KIH, PPP tandingan antara kubu Suryadarma Ali melawan Romahumurhuzy, dan baru-baru ini Golkar Tandingan antara kubu Ical melawan Agung Laksono. 

      Golongan pertama yang mengatakan mengucapkan selamat Natal kepada umat Kristiani diharamkan dengan banyak alasan antara lain: dengan mengaitkan perintah bagimu agamamu bagiku agamaku (surat al-kafirun). Selain itu perintah melalui hadis Nabi Muhammad mengatakan “siapa yang menyerupai satu kaum, maka ia termasuk di dalamnya” (mantasyabbaha biqoumin pahua minhu). Kelemahan alasan ini, mereka tanpa melihat asbabunnuzul ayat dan asbabulwurud hadis. Asbabunnuzul surat al-kafirun misalnya, hal itu terjadi karena pertentangan antara kaum Quraisy yang tidak suka dakwah nabi Muhammad, lalu mereka membuat perjanjian yang menguntungkan mereka (Quraisy). Merasa dirugikan, Nabi Muhammad mengatakan bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Selain alasan dalil, golongan yang tidak membolehkan mengucapkan selamat Natal ini, karena khawatir akidah umat Islam luntur dengan sendirinya mengakui Natal hari kelahiran anak tuhan. 

        Sedangkan golongan yang membolehkan mengucapkan selamat Natal kepada umat Kristiani, beralasan karena toleransi agama. Mengingat Indonesia tidak hanya satu agama di dalamnya, melainkan ada enam agama yang diakui termasuk agama Kristen. Ditambah dengan intraksi antara Islam dengan non-Muslim tidak dapat dielakkan. 

       Posisi penulis sendiri dalam hal mengucapkan selamat natal ini, tidak berpihak di antara keduanya. Namun lebih menganjurkan seharusnya umat Islam tidak hanya disuruh untuk mengucapkan selamat Natal, tetapi juga ikut merayakannya. Argument ini tentunya dimulai dari pengertian Natal itu sendiri, bahwa kata Natal berasal dari bahasa Portugis artinya hari kelahiran. Dalam al-qur’an Natal ini diakui dengan bunyi ayat “assalamu alaika yauma wulidtu”, artinya keselamatan atas hari kelahiranku (Q.S. Maryam:33). Kata tunjuk ayat ini adalah bercerita tentang kelahiran Nabi Isya. Hal ini sama dengan kata Maulid atau Milad, artinya kelahiran. Penggunaan kata Milad ini khusus kepada hari kelahiran Nabi Muhammad, yang sering dirayakan oleh umat Muslim setiap tahunnya. Jika merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad dibolehkan karena untuk membangkitkan gairah ke-Islaman, sama halnya dengan merayakan kelahiran Nabi Isya (Natal). Intinya, sah-sah saja umat Islam mengucapkan dan merayakan Natal selama tujuannya untuk menyambut kelahiran Nabi Isya sebagai Rasul bukan sebagai anak tuhan seperti yang diyakini umat Kristiani. 

          Membuat perayaan “Natal Tandingan”, itu artinya umat Islam berusaha kembali merebut dan memutar sejarah yang sebenarnya bahwa Natal adalah hari kelahiran Nabi Isya, bukan kelahiran anak tuhan, yang selama ini dimanipulasi oleh umat Kristiani. Sudah terlalu lama umat Islam terdiam, tertidur sambil bermimpi, dan terlena tanpa melakukan perlawanan tentang manipulasi sejarah Natal. Akibatnya sangat fatal sekali, bahwa sekarang kata “Natal” yang lebih populer adalah kelahiran anak tuhan, bukan kelahiran Isya. Hal ini bisa dibuktikan, misalnya ketika ditanya anak Sekolah Dasar (SD) apa itu Natal.? Jawabannya pasti berhubungan dengan perayaan hari besar umat Kristiani. Tidak hanya anak SD, yang sudah kuliah S1 dan S2 pun masih banyak memahami seperti itu, apalagi orang masyarakat umum (awam). Pemahaman seperti inilah yang harus diubah dengan membuat “Natal Tandingan”. 

#semoga bermanfaat.  Wallahua’lam bisshowab.
Sorowajan, 20, Desember, 2014.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © KAJIAN ILMIAH - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -